Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki mengabadikan keagungan Bunda kita dalam kitab al Busro. Beliau di kalangan orang Quraisy disebut wanita suci. Beliau mampu menjaga kehormatannya sehingga semua kalangan tunduk pada beliau saat itu. Padahal saat itu keadaan dan situasi serta budayanya sangat ganas, para wanita direndahkan serta diperlakukan semena-mena.
Bunda Khadijah setelah berstatus janda dilirik oleh banyak lelaki kaya raya dan gagah. Oh tidak sekedar dilirik namun diminta secara langsung. Namun semua tawaran para bangsawan dan jutawan Qurais ditolaknya. Bunda kita lebih memilih merawat putra-putrinya sambil membesarkan bisnisnya. Namun demikian beliau tetap saja ada kegundahan saat berstatus janda, maka beliau konsultasi kepada Waroqoh. Hasil konsultasi itulah beliau ada kecondongan kepada seorang pemuda al Amin yang usianya jauh di bawah beliau. Bagaimana mengatasi kondisi usia yang sangat berbeda tersebut. Apalagi di kalangan Quraisy, wanita itu nunggu pinangan lelaki. Sangat tabu jika wanita yang ngrayah. Berbeda dengan budaya di daerah kami, Lamongan justru lelaki yang nunggu lamaran wanita. Uenak jika jadi joko di Lamongan.
Nah dalam menyiasati pilihannya, maka Bunda kita mengutus seorang wanita yang bernama Nafisah binti Ummayah untuk PDT kepada pilihannya. Bunda Nafisah masih kerabat dekat pemuda yang dipilih oleh Bunda Khotijah. Nah tugas mulya diemban oleh Bunda
Nafisah. Beliau melakukan PDT. Beliau diawal perbincangan menasehati al amin sebagaiman seorang bunda nasehati putranya.
Beliau meyakinkan kepada al amin perihal pentingnya menikah. Sang al amin memberi jawaban bahwa dirinya hanya seorang yang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada wanita yang akan menjadi istrinya.
Bunda Nafisah menyematkan misi mulya dengan nasehat bahwa semua keadaan itu bukan halangan untuk tidak menikah. Apalagi al amin dikagumi orang Mekah karena akhlak dan kejujurannya. Maka Bunda Nafisah menyakinkan, bahwa semua orang tua tentu mengharapkan al amin untuk meminang putri mereka.
Akhirnya Bunda Nafisah menyatakan bahwa wanita yang paling patut menjadi istrinya adalah Bunda Khadijah. Pertimbangan yang disampaikan adalah Bunda Khadijah adalah wanita yang cantik, kaya, terjaga kehormatan dan nasabnya, memiliki kecerdasan, kehormatan, serta keluhuran
Tentu sang pemuda tersebut kaget karena yang disebut oleh Bunda Nafisah adalah juragannya. Tentu saja hal itu sesuatu yang berlebihan dan kayaknya ndak mungkin deh. Sang pemudapun bertanya, "darimana ia akan memperoleh harta untuk membayar mahar Bunda Khadijah?"
Maka Bunda Nafisah menjawab bahwa kalau sang pemuda sepakat untuk menikah dengan Bunda Khadijah, maka urusan mahar akan diurusnya.
Dari sinilah perubahan sebuah tradisi yang memihak dan menghormati wanita. Jika wanita berhak untuk mengatur urusan-urusannya sendiri, mengapa ia tidak boleh memilih seorang lelaki, seorang pemuda untuk menjadi pendamping hidup dan ayah bagi putra-putrinya?
Nah seusai Bunda Nafisah menyampaikan hasil PDTnya, maka Bunda Khadijah mengajak meeting al amin di kekediamannya.Disana,dengan berani. Nah dengan keberanian yang luar biasa Bunda Khadijah curhat secara langsung dengan keputusan meminangan al amin.
"Wahai anak pamanku, aku berhasrat untuk menikah denganmu atas dasar kekerabatan, kedudukanmu yang mulia, akhlakmu yang baik, integritas moralmu, dan kejujuran perkataanmu."
Demikianlah bahasa curhat Bunda Khotijah. Tentu saja sanget berbeda dengan bahasa para janda galau zaman modern saat ini.
Al Aminpun menerima pinangannya, ringkas kisah beliau menyiapkan 20 ekor unta untuk dijadikan mahar. Nah sementara para pemuda di sekitar kita maharnya rata-rata 500) hingga 1 juta. Nah, coba dibandingkan jika 1 unta harga 17 juta? Wooww? Gede banget kan?
Sumber Imam Mawardi
Artikel Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar