Sayyid
Muhammad Husein Tabataba'i, Lahir pada tanggal 16 Februari 1991 di kota
Qom, sekitar 135 kilometer dari Teheran, ibu kota Iran. Dia adalah Doktor Cilik Hafal dan Paham Alquran. Dia
mendapat gelar Doktor pada usia 7 tahun di Hijaz Collage Islamic
University yang terletak di jantung wilayah Kerajaan Inggris,sekitar 32
kilometer dari kota Birmingham.
Dia menjalani ujian selama 210 menit dan memperoleh nilai 93. Sesuai standar dari Hijaz Collage Islamic University, dengan nilai 93, Husein menerima ijazah Doktor Honoris Causa dalam bidang “Science of The Retention of The Holy Quran ”.
Jika Anda seorang muslim, pada usia berapa Anda belajar membaca Al Quran, dan berapa juz yang Anda hafal? Umumnya anak - anak muslim di Indonesia mulai belajar mengaji pada usia sekolah dasar.
Dulu, orang tua memanggil ustadz/ustadzah ke rumah untuk mengajar anak-anaknya mengaji. Namun
kini, seiring maraknya Taman Pendidikan Al Quran (TPA) dan ditemukannya
metode belajar cepat baca Al Quran, orang tua memasukkan anak-anaknya
ke TPAuntuk belajar membaca dan menulis Al Quran.
Hasilnya,
anak-anak muslim saat ini sudah banyak yang melek huruf Al Quran dan
hafal juz amma (juz 30), yang terdiri dari surah-surah pendek yang mudah
di hafal. Tapi
tak banyak produk TPA yang menjadi hafiz (penghafal Al Quran), karena
TPA tidak didesain untuk mencetak hafiz, dan program menjadi hafiz
biasanya ditangani pesantren-pesantren Al Quran.
Seorang
anak Iran bernama Sayyid Muhammad Husein Tabataba'i, yang mulai belajar
Al Quran pada usia 2 tahun, dan berhasil hafal 30 juz dalam usia 5
tahun! Pada usia sebelia itu dia tidak hanya mampu menghafal seluruh isi
Al Quran, tapi juga mampu menerjemahkan arti setiap ayat ke dalam
bahasa ibunya (Persia), memahami makna ayat-ayat tersebut, dan bisa
menggunakan ayat-ayat itu dalam percakapansehari-hari.
Bahkan
dia mampu mengetahui dengan pasti di halaman berapa letak suatu ayat,
dan di baris ke berapa, di kiri atau di sebelah kanan halaman Al Quran.
Dia mampu secara berurutan menyebutkan ayat-ayat pertama dari setiap
halaman Al Quran, atau menyebutkan ayat-ayat dalam satu halaman secara
terbalik, mulai dari ayat terakhir ke ayat pertama.
Yang
lebih mengagumkan lagi, di usia 7 tahun Husein berhasil meraih gelar
doktor honoris causa dari Hijaz College Islamic University, Inggris,
pada Februari 1998. Saat itu, Husein menjalani ujian selama 210 menit,
dalam dua kali pertemuan. Ujian yang harus dilaluinya meliputi lima
bidang. Yakni,
menghafal Al Quran dan menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu,
menerangkan topik ayat Al Quran, menafsirkan dan menerangkan ayat Al
Quran dengan menggunakan ayat lainnya, bercakap-cakap dengan menggunakan
ayat-ayat Al Quran, dan metode menerangkan makna Al Quran dengan metode
isyarat tangan.
Setelah ujian selesai, tim penguji memberitahukan bahwa nilai yang berhasil diraih bocah itu adalah 93. Menurut
standar yang ditetapkan Hijaz College, peraih nilai 60-70 akan diberi
sertifikat diploma, 70-80 sarjana kehormatan, 80-90 magister kehormatan,
dan di atas 90 doktor kehormatan (honoris causa). Pada
19 Februari1998, bocah Iran tersebut menerima ijazah doktor honoris
causa dalam bidang Science of The Retention of The Holy Quran.
Selama di Inggris, Husein juga diundang dalam berbagai majelis yang diadakan komunita smuslim setempat. Umumnya
hadirin ingin menguji kemampuan bocah ajaib tersebut. Uniknya, Husein
menjawab semua pertanyaan dengan mengutip ayat Al Quran. Contohnya,
dalam satu forum seseorang bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang
budaya Barat?" Husein menjawab, "(Mereka) menyia-nyiakan salat dan
memperturutkan hawa nafsunya." (QS 19:59).
Penanya
lain bertanya, "Apa yang dilakukan Imam Khomeini terhadap Iran?" Husein
menjelaskan, "(Dia) membuang dari mereka beban - beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka." (QS 7:15). Maksudnya, pada masa pemerintahan monarki, rakyat Iran terbelenggu dan tertindas. Lalu Imam Khomeini memimpin revolusi untuk membebaskan rakyat dari belenggu dan penindasan.
Untuk
kasus Husein, proses pendidikan Al Quran telah dimulai sejak dia masih
dalam kandungan. Orang tua Husein menikah ketika mereka masing-masing
berusia 17 tahun, dan setelah menikah keduanya bersama-sama berusaha
menghafal Al Quran.
Tekad
itu akhirnya tercapai enam tahun kemudian, ketika mereka berhasil
menghafal 30 juz Al Quran. Dalam proses menghafal itu, keduanya
membentuk kelompok khusus penghafalan Al Quran. Dalam
kelompok itu, secara teratur dan terprogram, orang tua Husein dan
rekan-rekannya yang juga berkeinginan untuk menghafal AlQuran,
bersama-sama mengulang hafalan, mengevaluasi dan menambah hafalan.
Orangtua Husein juga mendirikan kelas-kelas pelajaran Al Quran yang
diikuti oleh para pencinta Al Quran.
Seiring
dengan kegiatan belajar dan mengajar Al Quran orang tuanya, Husein dan
saudara-saudaranya tumbuh besar. Husein sejak kecil selalu diajak ibunya
untuk menghadiri kelas-kelas Al Quran. Meskipun
di kelas-kelas itu Husein hanya duduk mendengarkan, namun ternyata dia
menyerap isi pelajaran. Pada usia 2 tahun 4 bulan, Husein sudah
menghafal juz ke-30 (juz amma) secara otodidak, hasil dari rutinitasnya
dalam mengikuti aktivitas ibunya yang menjadi penghafal dan pengajar Al
Quran, serta aktivitas kakak-kakaknya dalam mengulang-ulang hafalan
mereka.
Melihat
bakat istimewa Husein, ayahnya, Sayyid Muhammad MahdiTabataba'i, pun
secara serius mengajarkan hafalan Al Quran juz ke-29. Setelah Husein berhasil menghafal juz ke-29, dia mulai diajari hafalan juz pertama oleh ayahnya.
Awalnya,
sang ayah menggunakan metode biasa, yakni membacakan ayat-ayat yang
harus dihafal, biasanya setengah halaman dalam sehari dan setiap pekan.
Namun ayahnya menyadari bahwa metode seperti itu memiliki dua persoalan.
Pertama, ketidakmampuan Husein membaca Al Quran membuatnya sangat
tergantung kepada ayahnya dalam mengulang-ulang ayat-ayat yang sudah
dihafal.
Kedua,metode
penghafalan Al Quran secara konvensional ini sangat ‘kering' dan tidak
cocok bagi psikologis anak usia balita. Selain itu, Husein tidak bisa
memahami dengan baik makna ayat-ayat yang dihafalnya karena banyak
konsep-konsep yang abstrak, yang sulit dipahami anak balita.
Untuk
menyelesaikan persoalan pertama, Husein mulai diajari membaca Al Quran ,
agar dia bisa mengecek sendiri hafalannya. Untuk menyelesaikan
persoalan kedua, ayah Husein menciptakan metode sendiri untuk
mengajarkan makna ayat-ayat Al Quran,yaitu dengan menggunakan isyarat
tangan. Misalnya, kata Allah, tangan menunjukke atas, kata yuhibbu (mencintai) , tangan seperti memeluk sesuatu, dan kata sulh (berdamai), duatangan saling berpegangan.
Ayah
Husein biasanya akan menceritakan makna suatu ayat secara keseluruhan
dengan bahasa sederhana kepada Husein. Kemudian dia akan mengucapkan
ayat itu sambil melakukan gerakan-gerakan tangan yang mengisyaratkan
makna ayat.
Metode
ini sedemikian berpengaruhnya pada kemajuan Husein dalam menguasai
ayat-ayat AlQuran sehingga dengan mudah dia mampu menerjemahkan
ayat-ayat itu ke dalam bahasa Persia dan mampu menggunakan ayat-ayat itu
dalam percakapan sehari-hari.
Sayyid
Muhammad Mahdi Tabataba'i, menampik pendapat yang mengatakan anaknya
istimewa. Menurut Mahdi, Husein memiliki kemampuan di atas rata-rata,
dan setiap anak bisa saja dididik untuk memiliki kemampuan seperti
Husein. Namun, tentu saja, prakondisi dan kondisinya haruslah lengkap.
Misalnya, sejak sebelum masa kehamilan, kedua orang tua Husein sudah
mulai menghafal Al Quran. Selama masa kehamilan dan menyusui, ibunda
Husein juga teratur membacakan ayat-ayat suci untuk putranya. Dan sejak kecil Husein sudah dibesarkan dalam lingkungan yang cinta Al Quran.
Ayahanda
Husein juga berpesan, bila orang tua menginginkan anaknya jadi pencinta
AlQuran dan penghafal Al Quran, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah orangtua terlebih dahulu juga mencintai Al Quran dan rajin
membacanya di rumah. Husein sejak matanya bisa menatap dunia telah
melihat Al Quran, mendengarkan bacaan Al Quran, dan akhirnya menjadi
akrab dengan Al Quran.
Bagi
pararemaja, perlu disimak pesan Husein tentang cara pandang seorang
remaja terhadapAl Quran. Menurut dia, pandangan seorang remaja terhadap
Al Quran haruslah seperti pandangan terhadap minyak wangi. Ketika kita
keluar rumah, tentu kita selalu ingin wangi dan menggunakan minyak
wangi. Kita juga harus berusaha mengharumkan jiwa dengan membaca dan
menghayati Al Quran. Seorang remaja, kataHusein, harus menyimpan Al
Quran di dadanya supaya sedikit demi sedikit perilaku dan pembicaraannya
dipengaruhi oleh Al Quran.
sumber : Sinopsis Buku Sayyid Muhammad HuseinTabataba’i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar