Nasehat Syaich Hasyim Asy'ari Bagi Para Pencari Ilmu |
Pertama,
seorang santri hendaknya membersihkan hatinya dari segala hal yang dapat
mengotorinya seperti dendam, dengki, keyakinan yang sesat dan perangai
yang buruk.
Hal itu dimaksudkan agar hati mudah
untuk mendapatkan ilmu, menghafalkannya, mengetahui
permasalahan-permasalahan yang rumit dan memahaminya.
Kedua,
hendaknya memiliki niat yang baik dalam mencari ilmu, yaitu dengan
bermaksud mendapatkan ridho Allah, mengamalkan ilmu, menghidupkan
syariah Islam, menerangi hati dan mengindahkannya dan mendekatkan diri
kepada Allah. Jangan sampai berniat hanya ingin mendapatkan kepentingan
duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, pangkat, dan harta atau
menyombongkan diri di hadapan orang atau bahkan agar orang lain hormat.
Ketiga,
hendaknya segera mempergunakan masa muda dan umurnya untuk memperoleh
ilmu, tanpa terpedaya oleh rayuan "menunda-nunda" dan "berangan-angan
panjang", sebab setiap detik yang terlewatkan dari umur tidak akan
tergantikan. Seorang santri hendaknya memutus sebisanya urusan-urusan
yang menyibukkan dan menghalang-halangi sempurnanya belajar dan kuatnya
kesungguhan dan keseriusan menghasilkan ilmu, karena semua itu merupakan
faktor-faktor penghalang mencari ilmu.
Keempat,
menerima sandang pangan apa adanya sebab kesabaran akan ke-serba
kekurangan hidup, akan mendatangkan ilmu yang luas, kefokusan hati dari
angan-angan yang bermacam-macam dan hikmah hikmah yang terpancar dari
sumbernya.
Imam As-Syafi'i Ra berkata, tidak akan
bahagia orang yang mencari ilmu disertai tinggi hati dan kemewahan
hidup. Tetapi yang berbahagia adalah orang yang mencari ilmu disertai
rendah hati, kesulitan hidup dan khidmah pada ulama.
Kelima, pandai membagi waktu
dan memanfaatkan sisa umur yang paling berharga itu. Waktu yang paling
baik untuk hafalan adalah waktu sahur, untuk pendalaman pagi buta, untuk
menulis tengah hari, dan untuk belajar dan mengulangi pelajaran waktu
malam. Sedangkan tempat yang paling baik untuk menghafal adalah kamar
dan tempat-tempat yang jauh dari gangguan. Tidak baik melakukan hafalan
di depan tanaman, tumbuhan, sungai dan tempat yang ramai.
Keenam, makan
dan minum sedikit. Kenyang hanya akan mencegah ibadah dan bikin badan
berat untuk belajar. Di antara manfaat makan sedikit adalah badan sehat
dan tercegah dari penyakit yang di akibatkan oleh banyak makan dan
minum, seperti ungkapan syair yang artinya:
"Sesungguhnya penyakit yang paling banyak engkau ketahui berasal dari makanan atau minuman."
Hati dikatakan sehat bila bersih dari
kesewenang-wenangan dan kesombongan. Dan tidak seorangpun dari para
wali, imam dan ulama pilihan memiliki sifat atau disifati atau dipuji
dengan banyak makannya. Yang dipuji banyak makannya adalah binatang yang
tidak memiliki akal dan hanya dipersiapkan untuk kerja.
Ketujuh,
bersikap wara' (mejauhi perkara yang syubhat 'tidak jelas ' halal
haramnya) dan berhati-hati dalam segala hal. Memilih barang yang halal
seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan semua kebutuhan
hidup supaya hatinya terang, dan mudah menerima cahaya ilmu dan
kemanfaatannya. Hendaknya seorang santri menggunakan hukum-hukum
keringanan (rukhsoh) pada tempatnya, yaitu ketika ada kebutuhan
dan sebab yang memperbolehkan. Sesungguhnya Allah senang bila hukum
rukhsohnya dilakukan, seperti senangnya Allah bila hukum 'azimahnya (hukum sebelum muncul ada sebab rukhsoh) dikerjakan.
Kedelapan,
meminimalisir penggunaan makanan yang menjadi penyebab bebalnya otak dan
lemahnya panca indera seperti buah apel yang asam, buncis dan cuka.
Begitu juga dengan makanan yang dapat memperbanyak dahak (balgham) yang
memperlambat kinerja otak dan memperberat tubuh seperti susu dan ikan
yang berlebihan. Hendaknya seorang santri menjauhi hal-hal yang
menyebabkan lupa seperti makan makanan sisa tikus, membaca tulisan di
nisan kuburan, masuk di antara dua unta yang beriringan dan membuang
kutu hidup-hidup.
Kesembilan,
meminimalisir tidur selama tidak berefek bahaya pada kondisi tubuh dan
kecerdasaan otak. Tidak menambah jam tidur dalam sehari semalam lebih
dari delapan jam. Boleh kurang dari itu, asalkan kondisi tubuh cukup
kuat. Tidak masalah mengistirahatkan tubuh, hati, pikiran dan mata bila
telah capek dan terasa lemah dengan pergi bersenang-senang ke
tempat-tempat rekreasi sekiranya dengan itu kondisi diri dapat kembali (fresh).
Kesepuluh,
meninggalkan pergaulan karena hal itu merupakan hal terpenting yang
seyogyanya di lakukan pencari ilmu, terutama pergaulan dengan lain jenis
dan ketika pergaulan lebih banyak-main-mainnya dan tidak mendewasakan
pikiran. Watak manusia itu seperti pencuri ulung (meniru perilaku orang
lain dengan cepat) dan efek pergaulan adalah ketersia-siaan umur tanpa
guna dan hilang agama bila bergaul dengan orang yang bukan ahli agama.
Jika seorang pelajar butuh orang lain yang bisa dia temani, maka
hendaknya dia jadi teman yang baik, kuat agamanya, bertaqwa, wara ',
bersih hatinya, banyak kebaikannya, baik harga dirinya (muru'ah), dan tidak banyak bersengketa: bila teman tersebut lupa dia ingatkan dan bila sudah sadar maka dia tolong.
(Diterjemahkan dari kitab "Adabul 'Alim wal Muta' allim" karya KH. M. Asy'ari)
*Tulisan ini dimuat di Majalah Tebuireng Edisi: 19/Januari-Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar